Tuesday, October 14, 2008

KA Kelas Ekonomi

Berikut ini adalah beberapa profil mengenai kereta api untuk kelas ekonomi :


BENGAWAN

Kereta api Bengawan merupakan kereta api kelas ekonomi yang melayani pemerjalanan antara Jakarta – Solo. Kereta ini diberangkatkan dari stasiun Tanah Abang pada malam hari selepas magrib dengan tujuan stasiun Solo Jebres. Yang menarik dari KA Bengawan ini adalah pada saat tiba di stasiun Purwosari, maka penumpang yang mau melanjutkan perjalanan menuju Wonogiri diperkenankan untuk turun disini dan dapat dilanjutkan dengan mengganti kereta yang sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu KA Feeder Wonogiri. Dan KA Bengawan pun kembali melanjutkan perjalannya menuju stasiun Solo Jebres.

Begitu juga sebaliknya, KA Fedeer dari Wonogiri akan kembali membawa penumpangnya yang akan menuju ke Jakarta hingga di stasiun Purwosari. Begitu KA Bengawan tiba dari Solo, maka ikutlah para penumpang tersebut ke dalam rangkaian KA Bengawan.

BRANTAS

Kereta api Brantas adalah kereta api yang dioperasikan oleh PT Kereta Api dengan koridor Jakarta – Kediri yang merupakan kelas ekonomi, dimana pemberangkatan awal dari Jakarta pada sore hari terdapat pada stasiun Tanah Abang. Adapun tempat stasiun yang disinggahinya adalah Cirebon Prujakan, Tegal, Pekalongan, Semarang Poncol, Gundih, Solo Jebres, Sragen, Madiun, Nganjuk, Kertosono hingga Kediri.

FEEDER PURWOREJO

Kereta Feeder Purworejo adalah satu-satunya pemakai jalur antara Stasiun Kutoarjo hingga Stasiun Purworejo. Setiap harinya kereta ini hanya membawa 2 kereta dan kadang kala hanya 1. Hal ini dikarenakn jumlah penumpang yang relatif sedikit.

KA Feeder ini diberangkatkan dari stasiun Kutoarjo pada waktu pagi dan sore hari. Di saat menjelang Subuh, rangkaian ini telah siap di stasiun Kutoarjo pada jalur 1 dengan menggunakan lokomotif BB300. Saat KA Sawunggalih tiba dari Jakarta, barulah KA Fedeer ini berangkat sambil membawa sebagian penumpang KA Sawunggalih menuju stasiun Purworejo. Kemudian dari Purworejo menjemput penumpang yang akan berangkat ke stasiun Kutoarjo, untuk kemudian dilanjutkan dengan menggunakan KA Sawunggalih Pagi, ataupun KA Ekonomi Kutojaya Selatan. Begitu pula sebaliknya pada sore harinya, dimana KA Fedeer ini akan menjemput penumpang di purworejo yang akan menuju kutoarjo yang mau melanjutkan perjalanan dengan KA Sawunggalih Malam, ataupun KA Ekonomi Kutojaya Selatan.

FEEDER WONOGIRI

Kereta api Bengawan Wonogiri sering disebut “kereta Feeder”. Kereta Feeder adalah satu-satunya pemakai jalur antara Stasiun Purwosari hingga Stasiun Wonogiri. Setiap harinya kereta ini hanya membawa 2 gerbong, kadang kala hanya 1. karena jumlah penumpang yang sangat minim. Jalur kereta api Solo-Wonogiri melintasi jalan protokol Jl. Slamet Riyadi, Solo. Setiap hari kereta ini melayani penumpang yang berangkat dari Stasiun Purwosari. Jam keberangkatan kereta ini tidak tetap karena harus menunggu kereta api Ekonomi Bengawan dari Jakarta. Biasanya kereta Feeder berangkat dari Stasiun Purwosari antara pukul 08.00-09.30. Laju kecepatan kereta ini juga dibatasi.

Ketika berada di dalam kota antara Stasiun Purwosari sampai Stasiun Solo Kota batas maksimum adalah 20 km/jam. Ketika sudah keluar dari Stasiun Solo Kota kecepatan mulai dinaikkan, tetapi kecepatan kereta ini tidak bisa diharapkan sampai 60 km/jam karena rel yang digunakan bukan rel jenis 40 (yang digunakan di jalur Jakarta-Surabaya. Kereta feeder ini sering kecelakaan. Banyak penyebab kecelakaan ini karena kurangnya disiplin lalu lintas.

Banyak kendaraan yang meremehkan kereta ini yang berakhir dengan tabrakan. Pada tahun 2006 terjadi 2 kali kecelakaan kereta. Pertama terjadi di dekat Solo Grand Mall. Sebuah mobil ingin mendahului kereta ini yang sedang berjalan, kemudian yang kedua di dekat Polwil Surakarta. Kereta Feeder berhenti di Stasiun Purwosari, Stasiun Solo Kota, Stasiun Sukoharjo, Stasiun Pasar Nguter-Sukoharjo, dan Stasiun Wonogiri

ARGO PEUYEM

Kereta api jalur Ciroyom-Cianjur-Lampegan adalah rangkaian kereta api ekonomi 2 gerbong yang ditarik oleh sebuah lokomotif berjenis BB301. Warga sekitar biasa menyebutnya dengan Argo Peuyem.

Kereta ekonomi ini berangkat dari Stasiun Kereta Api Ciroyom Bandung setiap hari menuju Cianjur sampai Lampegan dengan rute 2x sehari. Pagi hari pada pukul 7.50, dan sore hari pukul 17.30 WIB. Melintasi jalur yang sebelumnya dipergunakan oleh Kereta Api Jurusan Andir (Bandung) - Sukabumi, kereta ini melewati beberapa stasiun kecil, dan waktu tempuh hingga 3 jam. Sebelumnya, jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan Kota Bandung dengan Kota Sukabumi, namun karena terowongan Lampegan yang berada diantara Cianjur dan Sukabumi runtuh pada 8 Februari 2001, maka jalur Bandung-Sukabumi pun ditutup. Meskipun saat ini Terowongan Lampegan sudah selesai direnovasi dan siap untuk dipakai, namun tidak ada kejelasan apakah Jalur Bandung-Sukabumi akan dihidupkan kembali. Bahkan, yang lebih menyedihkan, sejak April 2006, Stasiun Sukabumi "mati suri", karena KRD yang menghubungkan Sukabumi-Bogor tidak dioperasikan kembali.

Kereta Api ini melewati beberapa stasiun kecil, diantaranya Padalarang, Cimahi, Cianjur, Tagog Apu, Cipatat, Cipeuyeum, Cilaku, Sindang Resmi, Gunung Manik dan Lampegan.
Pemandangan selama perjalanan yang sangat indah, antara Cianjur hingga Lampegan, sebetulnya berpotensi menjadikan jalur ini menjadi jalur wisata. Hanya saja, gerbong ekonomi yang dipakai sudah sangat tidak layak, selain sudah tua, kondisi gerbongnya sangat menyedihkan. Kotor, bau, dan berbagai hal lainnya yang tidak membuat nyaman ada pada gerbong-gerbong ini.
Harga karcis bervariasi tergantung tujuan akhir mulai dari Rp 1.500,- sampai Rp 2.500,-. Cukup murah, jika dibandingkan dengan ongkos yang harus dikeluarkan jika kita memakai angkutan kota/bis dari Bandung menuju Cianjur yang bisa mencapai Rp 15.000,-

GAYA BARU MALAM

Kereta api Gaya Baru Malam adalah merupakan salah satu legendaris dari kereta ekonomi di era tahun 70-an, dimana KA ini melayani koridor Jakarta – Surabaya. Saat ini KA Gaya Baru Malam berangkat dari stasiun Jakarta Kota pada siang hari sekitar pukul 12.00, dan berhenti utk untuk mengangkut penumpang di stasiun Pasar Senen, Jatinegara hingga Bekasi.

Dahulu KA ini terbagi dua macam yaitu Gayabarumalam Utara relasi Pasar Senen – Surabaya Turi, dan Gayabarumalam Pasar Senen – Surabaya Gubeng. Dan dulu yang menarik rangkaian ini adalah BB301. Namun seiring dengan berajalannya KA Gayabarumalam Utara pun akhirnya dihapus. Dan sampai ini hanya tinggal KA Gayabarumalam Selatan yang tetap setia mengantar penumpang menuju Surabaya, dengan melewati Cirebon, Purwokerto, Kroya, Kutoarjo, Lempuyangan, Solo Jebres, Madiun, Kertosono, Jombang, Wonokromo, Gubeng, hingga berakhir di stasiun Surabaya Kota (Semut).

KAHURIPAN

Kereta api Kahuripan adalah salah satu rangkaian kereta api kelas ekonomi yang melayani rute Padalarang – Kediri. Berangkat dari stasiun Padalarang pada malam hari, dan akan tiba di stasiun Kediri pada siang keesokan harinya. Jalur yang yang dilintasinya adalah sepanjang sisi selatan pulau Jawa, dan di Kertosono yang merupakan jalur cabang akan berpisah menuju ke Kediri.


KERTAJAYA

Rangkaian kereta api Kertajaya adalah rangkaian kereta kelas ekonomi unggulan dengan relasi Jakarta (Pasar Senen) – Surabaya (Pasar Turi). KA Kertajaya ini sepanjang perjalanannya adalah melintasi jalur utara pulau jawa. Berangkat dari stasiun Pasar Senen di sore hari, dan menjelang pagi sudah masuk ke kota Surabaya. Perjalanan yang relatif cepat untuk KA kelas ekonomi ini.

Stasiun yang disinggahinya antara lain: Cirebon Prujakan, Tegal, Pekalongan, Semarang Poncol, Cepu, Bojonegoro, Babat, Lamongan hingga Surabaya Pasar Turi.

KUTOJAYA SELATAN

KA Kutojaya Selatan adalah kereta api kelas ekonomi yang melayani koridor Bandung – Kutoarjo. Berangkat pada pagi hari dari stasiun Kutoarjo sampai di stasiun Kiara Condong sore harinya. Kemudian pada malam harinya rangkaian tersebut langsung diberangkatkan kembali dari Kiara Condong, Bandung menuju Kutoarjo.


KUTOJAYA UTARA

KA Kutojaya Utara adalah kereta api kelas ekonomi yang melayani koridor Jakarta – Kutoarjo. Berangkat pada pagi hari dari stasiun Tanah Abang (melewati Manggarai dan Jatinegara) sampai di stasiun Kutoarjo sore harinya. Kemudian pada malam harinya rangkaian tersebut langsung diberangkatkan kembali menuju Tanah Abang, Jakarta.

LOGAWA

Logawa adalah salah satu rangkaian kereta api kelas ekonomi unggulan yang melayani rute Jember-Purwokerto yang kemudian diteruskan hingga ke Cilacap dengan bantuan lokomotif Feeder.

Stasiun pemberhentian kereta api ini antara lain Probolinggo, Pasuruan, Bangil, Sidoarjo, Wonokromo, Surabaya Gubeng, Surabaya Kota, diteruskan ke Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Madiun, Sragen, Solo Jebres, Klaten, Lempuyangan, Wates, Kutoarjo, Kebumen, Gombong, Kroya, dan dari Purwokerto diteruskan ke Cilacap. Pemerjalanan kereta api ini hanya dilakukan pada siang hari.

MATARMAJA

Matarmaja adalah kereta api ekonomi jurusan Malang-Jakarta. Namanya merupakan akronim dari nama-nama kota yang dilewati, yaitu Malang, Blitar, Madiun, dan Jakarta Pasar Senen.





ODONG-ODONG

Rangkaian kereta api kelas ekonomi yang berangkat dari stasiun Jakarta Kota ini ada dua macam tujuan akhirnya. Ada yang hanya sampai stasiun Karawang saja dan ada yang sampai stasiun Purwakarta (ada juga rangkaian yang menginap). Kereta api yang satu ini sampai saat ini memang tidak / belum ada namanya, namun biasanya PPKA disetiap stasiun menyebutnya dengan KA ekonomi yang berhenti di setiap stasiun. Hanya masyarakat sekitar lah yang entah kenapa yang menjulukinya sebagai si KA Odong-odong.

Kereta api ini berjalan dari stasiun Jakarta Kota – Purwakarta (PP) dan berhenti di setiap stasiun yang disinggahinya. Lama perjalanan KA ini cukup memuaskan, jika berangkat dari stasiun Jakarta Kota jam 9 pagi menuju ke Purwakarta, makan akan sampai di Jakarta Kota kembali bisa sekitar jam 3 atau jam 4 sore.

PANDAN WANGI (JR–BW)

Kereta api Pandan Wangi adalah kereta api kelas ekonomi di wilayah daop IX yang melayani koridor antara Jember – Banyuwangi. Berangkat dari stasiun Jember sekitar jam 15.00 dan sampai di stasiun Banyuwangi sekitar jam 18.00 lewat. Kemudian pada esok pagi harinya KA Pandan Wangi akan berangkat kembali lagi ke stasiun Jember.


PASUNDAN

Rangkaian kereta api Pasundan merupakan kereta api kelas ekonomi yang mempunyai relasi antara Bandung (Kiara Condong) – Surabaya Gubeng. KA Pasundan diberangkatkan dari stasiun Kiara Condong pada pagi hari, dan baru akan tiba si stasiun Surabaya Gubeng sekitar tengah malam. Kemudian pada esok paginya rangkaian ini akan kembali diberangkatkan lagi menuju Bandung.

PATAS MERAK

Rangkaian kereta api kelas ekonomi yang melayani koridor Jakarta Kota hingga Merak untuk saat ini adalah KA Ekonomi Patas Merak yang berangkat pada pagi hari dari stasiun Jakarta Kota. Dahulu sempat ada rangkaian kelas bisnis & eksekutif yang bernama Merak Jaya, kemudian menurun menjadi kelas bisnis saja. Hingga akhirnya KA Merak Jaya menghilang dari jalur peredarannya.

PENATARAN

Kereta api Penataran adalah kereta api ekonomi yang dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero) yang melayani rute Surabaya-Blitar lewat Malang. Uniknya, sesampai di Stasiun Blitar, kereta ini berganti nama menjadi Rapih Dhoho yang melanjutkan perjalanan kembali menuju Surabaya lewat Kertosono.

Nama Penataran diambil dari nama candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang terletak di Kabupaten Blitar.

PROGO

Kereta api kelas ekonomi untuk tujuan Lempuyangan, Yogyakarta adalah KA Progo. Berangkat dari Pasar Senen, Jakarta pada malam hari, dan biasanya sampai Lempuyangan matahari telah bersinar terang. KA Progo adalah KA Ekonomi yang paling terakhir berangkat dari Jakarta yang melintasi jalur selatan



RAPIH DHOHO

Kereta api Rapih Dhoho adalah kereta api ekonomi yang dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero) dengan rute Blitar-Surabaya Kota lewat Kertosono dan sebaliknya. Uniknya, sesampai di Stasiun Blitar, kereta ini berganti nama menjadi Penataran dengan rute Blitar-Surabaya Kota lewat Malang. Di Stasiun Kertosono, rangkaian kereta api ini harus berbalik arah (langsir), lalu ke selatan (Blitar) atau timur (Surabaya).
Nama Dhoho diambil dari sebuah nama kerajaan di Kediri, yaitu Dhaha.

SERAYU

Kereta api Serayu merupakan kereta api kelas ekonomi unggulan yang melayani pemerjalanan Jakartakota-Kroya, dijalankan dua kali sehari (siang dan malam). Kereta api Serayu juga dikenal dengan nama Citra Jaya.

Stasiun pemberhentian kereta api ini antara lain Jatinegara, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Padalarang, Kiaracondong, Cibatu, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, Sidareja, Gandrungmangun, Kawunganten, Jeruklegi, Maos, Sikampuh dan Kroya.

SRI TANJUNG

Sri Tanjung adalah salah satu rangkaian kereta api kelas ekonomi unggulan yang melayani rute Banyuwangi-Lempuyangan.
Kereta api ini berhenti di stasiun Kalibaru, Kalisat, Jember, Probolinggo, Pasuruan, Bangil, Sidoarjo, Wonokromo, Surabaya Gubeng, Surabaya Kota, diteruskan ke Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk, Madiun, Sragen, Solo Jebres, Klaten, dan terakhir Lempuyangan.

TAWANG JAYA

KA Tawang Jaya adalah merupakan kereta api kelas ekonomi yang melayani koridor Jakarta – Semarang. Berangkat dari stasiun Pasar Senen adalah pada malam hari, dan merupakan kereta api terakhir yang berangkat dari Jakarta dengan melintasi jalur utara, hingga terakhir berhenti di stasiun Semarang Poncol menjelang pagi hari.

TEGAL ARUM

Kereta api kelas ekonomi yang melayani jalur dari Jakarta hingga Tegal. KA Tegal Arum berangkat dari stasiun Jakarta Kota dan berhenti di setiap stasiun hingga sampai pada stasiun Tegal. Jika ingin puas menikmati perjalanan kereta api yang cukup panjang dengan yang banyak berhentinya, bisa menggunakan kereta ini. Rangkaian KA ini biasanya menggunakan rangkaian dari bekas KA Tawang Jaya.

Monday, October 13, 2008

DATA TEKNIK LOKOMOTIF BB 304


> DIMENSI
1 Lebar sepur (track gauge) 1067 mm
2 Panjang body 11770 mm
3 Jarak antara alat perangkai 13380 mm
4 Lebar badan (body) 2800 mm
5 Tinggi maksimum 3660 mm
6 Jarak gandar 2200 mm
7 Jarak antar pivot 6000 mm
8 Diameter roda penggerak 904 mm
9 Diameter roda idle -
10 Tinggi alat perangkai 760 mm

> BERAT
1 Berat kosong 48 ton
2 Berat siap 52 ton
3 Berat Adhesi 52 ton

> MOTOR DIESEL
1 Tipe MTU 12 V 652 TB 11
2 Jenis 4 langkah, turbocharger
3 Daya Mesin 1550 HP
4 Daya ke Generator/Converter 1410 HP

> MOTOR TRAKSI/CONVERTER
1 Jumlah motor traksi 1
2 Tipe motor Voith L 720 r U 2

> PERFORMANSI
1 Kecepatan maksimum 120 km/jam
2 Gaya tarik maksimum (adhesi) 10920 kgf
3 V min kontinyu 20 km/jam
4 Jari-jari lengkung terkecil 80 m

> Kapasitas
1 Bahan bakar 2000 lt
2 Minyak pelumas 300 lt
3 Air pendingin 840 lt
4 Pasir 300 lt
5 Minyak transmisi 450 lt

> Lain-lain
1 Sistem rem Udara tekan, parkir
2 Tipe kompresor Knorr VV 450/150 - 10

Thursday, October 9, 2008

Loading Container

Dalam proses bongkar muat di sekitar pelabuhan, diperlukan suatu alat berat mengeluarkan isi dari dalam kapal tersebut, salah satu isinya adalah container (Peti Kemas). Berikut ini adalah beberapa alat berat yang umumnya digunakan untuk mengangkat / memindahkan container dari satu tempat ke tempat yang lainnya :

1. Top Loader,

Digunakan untuk memindahkan dgn cara mengangkat container tsb dgn posisi diambil pada bagian atasnya. Kemudian diletakkan pada tempat yang diinginkan, bisa diatas gerbong PPCW ataupun chasis truk trailer.








2. Side Loader,

Memindahkan dgn cara mengambil container tsb pada posisi dari samping.










3. Super Stacker,

Mengangkat container pada bagian atasnya. Biasanya alat ini paling banyak digunakan di sekitar pelabuhan, karena modelnya yg paling flexibel dan kalo sedang di jalan raya tdk memakan banyak tempat karena ujungnya bisa diluruskan sejajar dgn bodi kendaraan tsb.



4. Tango,

Mengangkat/memindahkan tumpukan container biasanya utk diletakkan di atas chasis truk ataupun gerbong kereta api seperti pada stasiun Jakarta Gudang. (Dahulu pd waktu pelabuhan msh ada rel KA-nya juga digunakan alat ini).






5. Quay Container Crane (QCC),

Digunakan untuk mengambil container yang berada di dalam kapal laut, kemudian diletakkan di pinggiran dermaga dan siap utk diangkut dengan truk. Bisa juga langsung diletakkan di atas rangkaian kereta api gerbong PPCW jika pelabuhan tersebut mempunya rel di pinggiran dermaganya.







6. Harbour Mobile Crane (HMC),

Alat ini juga digunakan utk mengambil container dari dalam kapal laut, namun kebihannya selain lebih tinggi adalah, ujung pengangkut dari alat ini dapat diubah2 bentuknya. Misalnya diganti dgn pengait yang model seperti kail. Ini dapat digunakan utk mengangkat barang2 dari kapal yg bentuknya lebih kecil ataupun ringan.






NB:
Ukuran container ini yang biasa dipergunakan adalah 20', 40' (Dry & High Cube) dan 45'.

Monday, October 6, 2008

Jangan Matikan Jalur Rel KA Solo-Wonogiri !

Kereta Api. Jess...jess...tuuuut....tuuut... Inilah secuplik adegan masa kecil kita bila melihat kereta api melintas diatas rel. Sepintas memang tidak terlihat istimewa, hanya sebuah kereta api melintas begitu saja di atas rel. Bahkan, terkadang kita kerap disuguhi pemandangan permukiman kumuh dengan tebaran pakaian maupun kasur dijemur di tepi rel kereta.

Akan tetapi, gambaran ini sekaligus sirna ketika anda mencoba naik kereta api dari stasiun Purwosari Solo ke stasiun Wonogiri. Kereta api ini melintas setiap hari di tengah kota Solo, yakni di tepian Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Mayjen Sunaryo hingga masuk ke stasiun Solokota.

Berjalan beriringan dengan kendaran-kendaraan roda empat dan dua, kereta api ini berjalan dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam. Bila anda beruntung, anda bisa merasakan keperkasaan lokomotif BB30003 berwarna biru muda dengan gambar empat sekawan tokoh pewayangan Jawa, Petruk, Gareng, Semar dan Bagong, yang dikenal dengan Punakawan.

Lokomotif inilah yang pada lima tahun lalu digunakan untuk menarik rangkaian KA wisata Solo-Wonogiri yang diresmikan Gubernur Jateng Mardiyanto. Perjalanan perdana KA wisata tiga gerbong itu dipandu almarhum Sinuhun Paku Buwono XII.

Saat ini, lokomotif BB30003 memang sudah tidak menarik kereta wisata Punakawan. Lokomotif buatan Krupp, Jerman tersebut telah berusia lebih kurang 40 tahun. Meski usianya cukup renta dengan kecepatan jalan maksimal 50 kilometer per jam, lokomotif ini setia mengangkut penumpang dari KA ekonomi Bengawan yang berangkat dari Jakarta.

Setiap hari pukul 08.00-09.00, lokomotif BB30003 itu dengan satu gerbong di belakangnya menunggu menunggu kedatangan penumpang dari KA Bengawan maupun warga Solo yang akan pergi ke Wonogiri. Keluar dari stasiun Purwosari, semboyan 35, bunyi klakson lokomotif akan terdengar oleh pengguna jalan Hasanudin dan Slamet Riyadi.

Bayangkan, bepergian dengan kereta api yang membelah pusat sebuah kota. Dimana lagi bisa ditemui pengalaman dan pemandangan unik semacam ini di Indonesia kalau bukan di Solo ?

Keberadaan jalur rel di tepi Jalan Slamet Riyadi ini merupakan jaringan rel kereta api di Indonesia yang masih aktif digunakan dari dahulu hingga kini. Keunikan lain yang bisa anda dapat bila bepergian dengan kereta Solo-Wonogiri bukan hanya menikmati pemandangan Jalan Slamet Riyadi. Ada sebuah kekhasan lain yang dipancarkan rangkaian kereta ini, sebuah semangat kebersamaan dan ketulusan dari warga sekitar perlintasan rel yang dilewati kereta ini.

Tengok saja ketika anda akan memasuki stasiun Solokota, seorang pria setengah baya akan menyetop sejumlah kendaraan yang akan lewat di perlintasan rel tak berpalang pintu tersebut. Cukup dengan lambaian tangan dan senyum ramah dari masinis maupun asisten masinis kepada pria setengah baya itu, kereta pun melaju dengan tenang. Tanpa perlu mengeluarkan uang receh, kereta pun bisa melenggang dengan leluasa. Suatu potret sosial yang jarang ditemui di sejumlah perempatan jalan di kota metropolitan yang sarat dengan polisi cepe’annya.

Bukan hanya di daerah stasiun Solokota, sepanjang perjalanan menuju Wonogiri, lebih dari belasan perlintasan tak berpalang pintu dilalui kereta ini. Dan tetap saja, ikatan kebersamaan dan kesetiakawanan itu tak pernah putus. Mulai dari tukang tambal ban, pemuda kampung, hingga petani membantu mengamankan perjalanan kereta Solo-Wonogiri.

Keberadaan jalur rel Solo-Wonogiri pun cukup unik dan bermakna. Menurut asisten masinis kereta Solo-Wonogiri Rochmad, yang bertugas waktu itu, jalur ini sekaligus batas pemisah wilayah kekuasaan dua kerajaan yang berpusat di Surakarta, Keraton Mangkunegaran dan Keraton Surakarta.

Keunikan pemandangan kota bersama sentuhan kebersamaan masyarakat Solo tidak bisa dilupakan begitu saja. Apalagi pengalaman melintas melintas di atas sungai Bengawan Solo juga merupakan pengalaman perjalanan yang menyenangkan. Kondisi jembatan besi dengan rel yang masih terawat baik, tidak menimbulkan kecemasan bagi para penumpang kereta ini setiap harinya. Sayangnya, jaringan rel selepas stasiun Sukoharjo hingga stasiun Wonogiri, kondisinya memprihatinkan. Sebagian besar bantalan besi yang tertanam sudah tertutup rata denga rumput dan tanaman liar, bahkan balas (batu kerikil) di antara bantalan pun tak terlihat.

Rute sepanjang 39 kilometer ini masih menggunakan rel jenis R33 yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi perkembangan jaringan rel di Indonesia masa kini. Saat ini, jaringan rel utama di lintas pulau Jawa telah menggunakan rel jenis R54. Rel dengan jenis R54 ini memungkinkan kereta penumpang yang ditarik lokomotif diesel semacam CC201, CC203 dan CC204 dapat melaju mulus dengan bobot maksimal 17,5 miliar ton per tahun. Sementara jaringan rel kereta Solo-Wonogiri hanya mampu dilewati rangkaian kereta dengan bobot maksimal sekitar empat miliar ton per tahun. Tak heran, bila jaringan rel ini hanya bisa dilewati lokomotif sejenis BB300 maupun D301.

“Jalur ini sebenarnya lebih bersifat sosial daripada mendatangkan keuntungan. Lihat saja penumpang yang naik per hari rata-rata hanya terisi separuh gerbong, nahkan tak jarang hanya seperempat gerbong saja. Yah, lebih baik jalur rel ini tetap dilewati KA daripada dibiarkan terbengkalai, bisa-bisa nati jadi permukiman penduduk liar”, ujar masinis BB30003 Djoko Moeljo.

Kekhasan rute ini masih dapat anda rasakan selepas stasiun Pasarnguter menuju stasiun Wonogiri, di sebelah kiri rel, tepatnya di daerah Tekaran, anda dapat melihat halte kereta api. Bangunan dari kayu ini dahulu kerap digunakan masyarakat sekitar untuk menunggu kereta api yang melintas ke Wonogiri hingga Baturetno.

Jaringan rel sepanjang 39 kilometer ini bukan hanya bermanfaat bagi warga Wonogiri dan sekitarnya. Jaringan rel KA Solo-Wonogiri sudah sepatutnya menjadi aset PT. KA yang harus dilestarikan dan dipelihara, terkait dengan nilai sosial dan sejarah yang disandangnya.

Sekali lagi, jangan matikan jalur rel KA Solo-Wonogiri !




Tulisan diambil dari:
Kompas edisi Jawa Tengah, 30 Maret 2005.

Sunday, October 5, 2008

KRD / DMU

KRD KOMUTER SU-SI

Kereta api yang melayani lintas Surabaya Kota hingga Sidoarjo adalah dengan menggunakan KRD Komuter Su-Si (Surabaya Sidoarjo). Namun untuk beberapa jadwal waktu tertentu, KRD ini juga ada yang melanjutkan perjalanannya hingga melewati stasiun Tanggulangin dan Stasiun Porong. Efek dari luapan lumpur Lapindo yang menggangu arus lalu-lintas jalan raya porong ini juga menyebabkan KRD ini sempat menjadi primadona warga sekitar, sehingga penumpang KRD menjadi bertambah banyak.


KRD CICALENGKA

Kereta api ini melayani koridor di wilayah selatan Jawa Barat, tapatnya antara stasiun Padalarang hingga Cicalengka PP.










KRD BOJONEGORO

Kereta api yang melayani lintas Semarang Poncol – Bojonegoro adalah dengan menggunakan KRD Bojonegoro. Namun ada kalanya jika KRD tersebut bermasalah dengan mesinnya, maka akan ditarik pake lok BB200. Jalur ini melewati sisi utara pulau Jawa dan juga stasiun Cepu.






PANDAN WANGI

Rangkaian KRD Pandan Wangi merupakan layanan yang diberikan oleh PT KA untuk menghubungkan penumpang yang menginginkan perjalanan dari Semarang hingga menuju Solo, atau biasa disebutnya dengan lintas tengah.

Perjalanan KRD ini sehari hanya dua kali saja. Pemberangkatan yang pertama adalah di saat masih pagi buta yang berangkat dari stasiun Purwosari (Solo) menuju stasiun Semarang Poncol. Kemudian kembali lagi dari Semarang sekitar jam 8-an kembali menuju Solo Balapan. Dan siangnya berangkat lagi dari Solo Balapan, hingga kembali ke Purwosari pada malamnya dan rangkaianpun akan stabling di sekitar stasiun Purwosari.

Nikmatnya naek KRD ini adalah goyangannya yang sangat ajrut2-an pada saat melewati lintas tengah, tepatnya antara petak stasiun Brumbung – Gundih. Hal ini dikarenakan selain kondisi tanah yang labil, juga masih banyaknya menggunakan bantalan kayu dan juga rel dengan ukuran yang masih kecil.


KALIGUNG

Rangkaian KRD kaligung ini adalah kereta dengan tujuan Semarang Poncol – Tegal (PP). Dalam sehari ada 4 kali perjalan. Ada kelas bisnis dan juga kelas ekonomi. Jika rangkaian KRD ini bermasalah biasanya sering ditarik dengan lokomotif BB200.

Indahnya pantai utara jawa di siang hari sepanjang stasiun Plabuan hingga Kuripan dapat juga dinikmati dengan menggunakan KRD ini, mengingat jadwal perjalanan kereta ini adanya dari pagi hingga sore.


PRAMEKS

Kereta api Prambanan Ekspres merupakan nama bagi layanan transportasi kereta api (KA) yang menghubungkan kota Yogyakarta dan Solo (hingga Stasiun Palur di timur kota). Saat ini beroperasi tujuh kali pulang pergi dan dikelola oleh PT Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta. KA ini juga berhenti di Stasiun Lempuyangan, Klaten, Purwosari, Solo Balapan, dan Solo Jebres.

KA Prameks Solo–Yogyakarta pergi pulang (PP) kali pertama diluncurkan pada 20 Mei 1994, hanya menggunakan empat rangkaian kereta kelas bisnis yang ditarik oleh lokomotif. Awalnya KA itu berjalan hanya tiga kali sehari pergi pulang. Dalam kurun waktu 14 tahun perjalanannya, KA Prameks telah mengalami beberapa kali perubahan jadwal pemberangkatan maupun sarana yang dipergunakan.

Setelah pola keberangkatannya diubah sesuai dengan keinginan pelanggan menjadi lima kali PP sehari, maka pada masa angkutan Lebaran 1998, manajemen PT KA (Persero) mengganti rangkaian kereta yang ditarik oleh lokomotif menjadi tiga set rangkaian KRD (kereta rel diesel).

Namun karena rangkaian KRD ini dianggap uzur (buatan tahun 1980-an), KA Prameks sering mengalami kerusakan yang mengakibatkan keterlambatan. Akhirnya Ditjen KA Dephub bersama manajemen PT KA menambah satu set armada Prameks berupa KRDE prototipe pertama dari PT Inka Madiun pada 1 Maret 2006 Rangkaian ini adalah yang pertama kali dioperasikan di Indonesia. KRDE ini merupakan modifikasi dari KRL buatan BN/Holec ("Belgien-Nederland-Holland Electric"), Belgia, yang dimodifikasi oleh PT INKA dengan mengganti sumber daya menggunakan satu mesin diesel.

Lima unit kereta Prameks per rangkaian KRDE tersebut terdiri atas satu unit kereta engine diesel, satu unit kereta ko-trailer, dua unit kabin trailer dan satu unit trailer ditambah kabin masinis.

Sejak 13 Maret 2006, ditambahlah dua perjalanan KA Prameks ini menjadi tujuh kali PP. Seiring dengan dioperasikannya jalur rel ganda Yogyakarta-Kutoarjo pada 29 September 2007 dan sekaligus untuk memenuhi permintaan masyarakat Kulonprogo dan Kutoarjo, PT KA Daop VI Yogyakarta sejak 15 Oktober 2007 mulai melakukan uji coba perjalanan KA Prameks Yogyakarta-Kutoarjo-Solo Balapan PP dengan pola operasi dua kali perjalanan sehari.

Dengan bertambahnya dua set KRDE yang diluncurkan oleh Menhub di Balapan, Sabtu (16/2) lalu, pola operasi KA Prameks Solo-Yogyakarta mengalami peningkatan dari tujuh kali menjadi 10 kali PP. Sedangkan Solo (Yogyakarta)-Kutoarjo menjadi empat kali PP.

Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang KA Prameks semakin meningkat. Saat ini rata-rata penumpang sekitar 3.500 orang/hari dan pada hari Minggu atau liburan mencapai 5.000 penumpang. Barangkali mobilitas yang cukup tinggi bagi masyarakat Solo, Yogyakarta dan sekitarnya ini sudah tidak bisa dibendung lagi.

Penumpang KA Prameks terbagi dalam beberapa komunitas penumpang KA Prameks menjadi enam bagian. Pertama, adalah pelanggan harian atau pelaju yang berprofesi sebagai dosen, dokter, pegawai pemerintah, atau pegawai swasta. Kedua, adalah para mahasiswa S1, S2, S3 yang melaju setiap hari atau terkadang sepekan sekali. Ketiga, adalah pedagang yang memiliki akses dengan Pasar Beringharjo dan Malioboro di Yogyakarta atau di Pasar Klewer dan Pasar Gede di Solo yang jumlahnya relatif kecil. Keempat, adalah penumpang yang betul-betul baru, mereka mengisi liburan bersama keluarga sekaligus ingin menikmati perjalanan dengan KA Prameks. Kelima, adalah turis mancanegara yang sedang dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju ke Solo atau sebaliknya. Keenam, adalah rombongan wisata dadakan anak-anak TK dengan tujuan Yogyakarta atau Solo, rombongan wisata siswa pelajar dari luar kota seperti Magelang dan Temanggung.

Setelah mendapatkan rangkaian prototipe KRDE, sekarang penumpang KA Prameks berharap besar dengan kehadiran KA Prameks ber pendingin udara.

Friday, October 3, 2008

Harga BBM Naik, Pamor Kereta Pengangkut BBM Tak Pernah Naik

Nun jauh disana, tepatnya 165 kilometer arah barat kota Semarang, yakni stasiun kereta api Tegal, Naslam (50) sudah bersiap-siap duduk dalam kabin lokomotif CC20146. Hari minggu (27/2/05) yang lalu, Naslam bersama tiga rekannya akan mengantarkan 16 gerbong KA Pertamina dari Tegal menuju Maos, Cilacap.

Selaku masinis, Naslam telah terbiasa mengemudikan rangkaian kereta ketel westinghouse (KKW) tersebut. Sementara Naslam menyalakan mesin CC20146, Sugiarto (52) dan Tjawan (52), dengan teliti memeriksa bogie rengkaian KKW, tak terkecuali rantai pengait antar gerbong. Keduanya memsatikan jangan sampai ada baut yang longgar, kelonggaran sebuah baut bisa berakibat fatal pada perjalanan sepanjang 135 kilometer tersebut.

Siang itu, kekhawatiran dan kecemasan akan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 Maret 2005 sama sekali tak terlihat di wajah Naslam. Entah karena sebagai seorang masinis yang gajinya tidak sebesar pilot pesawat terbang, Naslam tampak santai mengemudikan CC20146. Dalam obrolannya hari itu, ia tidak menyinggung sedikitpun isu kenaikan harga BBMyang memusingkan kepala banyak orang.

Tepat pukul 11.00, rangkaian KW Pertamina itu perlahan-lahan meninggalkan jalur tiga stasiun Tegal. Semboyan 40 dan 41, tanda KA aman untuk diberangkatkan disambut Naslam dengan semboyan 35 yang khas, bunyi klakson lokomotif. Seiring peluit petugas perjalanan kereta api (PPKA) Tegal berbunyi, Naslam dengan sigap menarik tuas throtle CC20146 dan ular besi itu pun melaju dengan kecepatan sekitar 60 kilometer per jam.

“Selama 24 tahun, saya bertugas di Cilacap menjalankan lokomotif D301. Saya memulai karir sebagai pegawai KA pada 1973. Tahun 1975, saya mulai mengemudikan lokomotif uap hitam semacam C28, D52, CC50 dan D51. Sekarang saja, karena tidak ada lokomotif uap yang beroperasi lagi, saya mengemudiklan lokomotif diesel”, tutur Naslam panjang lebar sembari matanya tetap memandang lurus ke depan.

Sepanjang perjalanan itu, Naslam tak sedikit pun melepaskan pandangan ke arah jendela depan lokomotif. Setiap mendekati darerah perlintasan, Naslam dan asisten masinisnya yang duduk di sisi kiri kabin bergantian membunyikan klakson lokomotif. Laju rangkaian KA itu pun sedikit diperlambat bila mendekati perlintasan maupun kelokan-kelokan lintasan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk.

Pandangan Naslam siang itu memang hanya sebatas sisi kanan rel, ia tidak bisa leluasa memandangi semua sudut lintasan rel karena moncong CC20146 sepanjang lebih kurang 10 meter itu membatasi jarak pandangnya. Untungnya, cuaca cerah sepanjang lintasan Tegal-Prupuk memudahkan Naslam mengemudikan KKW tersebut.

Memasuki daerah Linggapura, curahan air hujan mulai membasahi tubuh KKW. Mau tak mau, Naslam harus lebih waspada mengemudikan lokomotif diesel buatan General Electric itu, wiper lokomotif yang tak berfungsi dengan baik membuat Naslam dan asistennya harus benar-benar cermat memperhatikan lintasan rel yang dilalui.

“Menjadi masinis banyak suka maupun dukanya. Kalau menjadi masinis KA barang, kami harus banyak mengalah terhadap KA penumpang yang melintas. Jelasnya juga tidak ada jatah makan selama perjalanan. Tatapi, tangung jawabnya sama saja memastikan penumpang maupun barang tiba tepat waktu dan selamat di tujuan”, tuturnya.

Tiba di stasiun Karangsari, KKW Pertaminha yang dikemudikan Naslam berhenti sesaat. Tampak dibelakang lokomotif, Sugiarto dan Tjawan berjalan dari arah belakang rangkaian hingga ke dekat lokomotif untuk mengecek kondisi pengait antar gerbong. Selaku kondektur pemimpin (KP) selama perjalanan itu, Sugiarto bertanggung jawab terhadap kesiapan teknis rangkaian KA dari stasiun keberangkatan hingga di tempat tujuan.

“Paling susah kalau mesin lokomotif rusak ditengah jalan, apalagi bial radio panggil di kabin lokomotif juga tidak berfungsi. Kami mesti berjalan kaki ke stasiun terdekat untuk melaporkan kerusakan dan meminta pertolongan”, tutur Sugiarto.

Pengalaman berjalan kaki itu pernah dirasakan Sugiarto ketika lokomotif KKW itu gadat di dekat jembatan Bumiayu, ia terpaksa berjalan kaki menyusuri lintasan rel sekitar lima kilometer mencapai stasiun terdekat. Jarak itu mau tidak mau ditempuhnya, mengingat lokasi lokomotif mogok itu kebetulan jauh dari jalan raya.

Baik Sugiarto maupun Tjawan selama perjalanan siang itu harus senantiasa berada di gerbong KKW. Jangan bayangkan gerbong KKW itu layaknya gerbong penumpang. Tanpa atap peneduh dan dinding, keduanya berdiri maupun duduk di lantai gerbong sembari terik matahari dan curahan hujan menghujam tubuh mereka.

Tjawan selaku petugas rem dalam rombongan itu dituntut tidak boleh lengah sedikit pun. Meski hujan deras, telinganya harus was-was padamendengarkan pertanda dari masinis lewat lengkingan klakson lokomotif. Salah mengartikan pertanda yang didengar, bisa berakibat kecelakaan fatal pada keseluruhan rangkaian ular besi itu.

Bagi Naslam, Sugiarto, dan Tjawan, perjalanan mereka terasa biasa dan tidak ada istimewanya. Padahal, komoditas yang mereka angkut tiap harinya itu adalah napas hidup semua orang, baik orang kaya maupun orang miskin. Sayangnya, peran dan jasa mereka bertiga kerap menguap begitu saja dari benak kita, menguap bersama kecemasan harga BBM yang kian membumbung.





Tulisan diambil dari:
Kompas edisi Jawa Tengah, 10 Maret 2005

Popular Posts