Friday, March 12, 2010

Concrete Sleeper



Dalam rangka melengkapi prasarana jalan rel kereta api, salah satu komponen yang tak kalah pentingnya adalah Bantalan Beton (Concrete Sleeper). Dahulu sebelum beton menjadi suatu hal yang “nge-trend” dalam dunia konstruksi, maka jenis bantalan rel KA yang dipergunakan pertama kali adalah terbuat dari kayu, kemudian lambat laun beralih ke bantalan yang terbuat dari besi baja hingga pada akhirnya menggunakan bahan yang terkuat (untuk saat ini) yaitu beton. Pemilihan bantalan yang dipergunakan tentunya didasari pada pertimbangan umur pemakaian, berat bantalan, kestabilan dan pertimbangan ekonomis.

Menurut perkiraan yang ada, perbandingan umur bantalan rel KA yang dipergunakan dalam keadaan normal dapat ditaksir sebagai berikut :

•Bantalan kayu yang tidak diawetkan ; 3 – 15 tahun
•Bantalan kayu yang diawetkan ; 25 – 40 tahun
•Bantalan besi baja ; sekitar 45 tahun
•Bantalan beton ; diperkirakan 60 tahun.

Karena bantalan beton relatif baru, maka belum diketahui secara pasti umur pemakaian yang sebenarnya. Bantalan beton relatif berat sehingga pemasangannya memerlukan mesin pengangkat, seperti crane. Walaupun digunakan bantalan beton pada hampir semua pembangunan trek baru, namun bantalan kayu tetap diperlukan. Bantalan kayu dipasang pada wesel, pada terowongan dan bisa juga pada tikungan.

Jarak bantalan pada umumnya dikaitkan dengan jumlah ton lalu lintas per tahun. Yang umum banyak dipergunakan adalah dengan jarak sekitar 60 cm. Namun dalam hal tertentu seperti dalam rangka mengurangi biaya konstruksi dan biaya pemeliharaan, pada lintasan yang tidak terlalu padat dilalui kereta api, jarak antar bantalan dapat diperjauh hingga 130 cm. Semakin rapat jarak antar bantalan, maka akan lebih menguntungkan dari sudut pandang penerusan beban ke ballast. Namun tentunya ada batasan juga untuk jarak terdekat antar bantalan, yaitu minimal 50 cm. Hal ini dikarenakan kemampuan mesin pecok untuk merawat trek tersebut.


Bagaimanakah menentukan suatu kualitas dari beton ?

Kekuatan beton dinyatakan dengan angka “K”.
Misalnya, K 250 artinya beton tersebut akan kuat ditekan sampai hancur apabila menerima tekanan sebesar 250 kg/cm persegi.

Beton yang biasa dipergunakan untuk membangun rumah umumnya menggunakan K 175, K 200 atau paling tinggi K 225 dan diperkuat dengan menggunakan tulangan baja biasa, bisa polos atau berulir. Sementara untuk bantalan rel KA maka harus menggunakan beton mutu tinggi, misalnya K 350 atau K 400 yang diberi tulangan berupa kawat (high strength wire) untuk diberi Pre Tension. Jadi namanya menjadi "Pre Tension Concrete Sleeper". Maka akan terlihat jelas perbandingannya, bahwa mutu beton untuk bantalan rel KA bisa dua kali lebih kuat dari beton rumahan. Tulangnya juga lebih kuat, ramping tapi mampu di enjot-enjot sepur yang lalu lalang tak pernah berhenti.

Istilah yang dipergunakan untuk pengujian kekuatan beton ini adalah “Crushing Test”. Artinya, , kubus atau silender beton sample yang diambil setelah 28 hari umurnya ditaruh dalam mesin test, lalu ditekan sampai retak/hancur, angkanya harus minimal sama atau lebih besar dari yg tertulis di typenya misal K 200, atau K 350.
K 200 = kuat tekan 200 kg/cm persegi
K 350 = kuat tekan 350 kg/cm persegi

Selain kekuatan beton ditunjukkan dengan angka “K”, ada juga ukuran lainnya lagi yang disebut “Slump”. Slump ialah ukuran kekentalan beton ketika masih “fresh” belum mengeras. Semakin kental maka semakin kecil angka slump-nya, misal slump 6 cm. Semakin besar misal slump 15 cm, maka semakin encer betonnya (karena semakin banyak airnya). Banyak air artinya akan banyak meninggalkan rongga-rongga setelah airnya mengering nanti, artinya betonnya KURANG / KALAH KUAT.

Jadi rumus umumnya ;
Slump RENDAH, beton KUAT, Tukang cor NGOMEL, karena susah dan berat kerjanya.
Slump TINGGI, beton LEMAH, Tukang cor KETAWA LEBAR, karena beton gampang sekali masuk ke cetakan dan memadat sendiri, namanya juga encer, mengalir kaya air.

Contoh perusahaan yang bergerak pada bidang industri beton cor siap pakai ini diantaranya adalah Adhimix, Jayamix, Betamix, Holcim Beton, Pionir Beton dll. Sementara salah satu contoh perusahaan yang menjadi supplier untuk bantalan beton rel KA ini adalah Wijaya Karya.


Sebagai pelengkap kondisi prasarana jalan rel selain bantalan adalah ballast. Bahan untuk ballast harus kuat dan tahan lama sehingga tidak hancur terkena tekanan dari bantalan. Bahan ballast harus terbuat dari batu yang kuat, dipecah menjadi ukuran sekitar 40-60 mm berbentuk minimal tiga sisi dan mempunyai sudut yang tajam.

Ketebalan ballast di bawah kaki bantalan ini bisa bervariasi. Tebal Minimum yaitu 150mm (15 cm) untuk memungkinkan dirawat dengan mesin Pecok, karena jari-jari pecok (tyne) akan menusuk sampai 15cm dalamnya, terlalu tipis akan menusuk dan mencongkel tanah dasar dan malah tanahnya akan bercampur dengan ballast

Tebal Maximum tergantung atas tekanan gandar dan kekuatan tanah dasar, untuk daerah langsiran dan kecepatan rendah, spesifikasi biasanya 200mm (20cm). Untuk sepur utama, selama distribusi gaya dari roda ke tanah dasar telah mencapai keseimbangan maka sekitar segitulah tebal ballast yg diperlukan.

Angka umum berkisar dari 250mm sampai 300mm (yg paling umum dispesifikasikan), ada juga yg minta sedikit lebih tebal yaitu 350mm. Lebih tebal dari ini biasanya malah tidak di ijinkan, karena tidak bisa dicapai dan dipadatkan oleh jari-jari pecok. Kondisi ini malah akan menimbulkan ke-kurang stabilan, karena ukuran butiran ballast yg amat seragam (batuan 4-6 cm) menyebabkan banyak sekali rongga kosong (rongga udara).

Kalau dasar bantalan sampai menyentuh tanah, ya artinya kondisi trek tersebut sudah "sakit parah" dan tinggal tunggu waktu ......... "ANJLOG".



Supported by: ST


Popular Posts